Kalam Al-Habib Ali bin Hasan Al-Attas
Meraih ilmu yang bermanfaat tidaklah
mudah. Ribuan aral melintang siap menghadang. Otak brilian bukanlah
jaminan. Malahan, tak sedikit orang-orang pintar yang mendalami ilmu
agama bukannya mendapatkan ilmu bermanfaat, melainkan menjadi
oknum-oknum ulama yang justru merongrong akidah agama.
Oleh karena itu, seorang murid yang
hendak melangkahkan kakinya untuk menuntut ilmu haruslah terlebih dahulu
mengetahui metode belajar yang tepat. Dalam hal ini panduan dari orang
tua, para guru, atau mereka yang telah sukses sangatlah diperlukan.
Faktor utama penyebab gagalnya seseorang
murid meraih ilmu Rasulullah Saw adalah metode belajar yang keliru.
Salah guru, salah kitab dan kesalahan lainnya akan menyebabkan seorang
murid salah jalan pula. Berikut adalah panduan tepat dalam meraih ilmu
yang bermanfaat dari al-Imam Habib Ali bin Hasan al-Attas Shohib
al-Masyhad.
“Ketahuilah sesungguhnya ilmu pengetahuan
ibarat samudera yang tiada bertepi. Luqman al-Hakim pernah ditanya oleh
puteranya, “Siapakah yang mampu menampung semua ilmu itu?” “Seluruh
manusia” jawab al-Hakim. “Akan tetapi itu sebatas ilmu yang diberikan
kepada manusia. Sedangkan Allah menurunkan ilmu di dunia ini dalam
bagian yang sedikit saja.” Lanjutnya.
Oleh karena itu, dalam menuntut ilmu,
prioritaskanlah ilmu-ilmu yang penting dan bersifat urgen. Mulailah
dengan dengan mempelajari kitab-kitab ringkasan (Mukhtasar). Seperti
ringkasan Abu Suja’ yang sudah diakui kualitasnya, disertai kitab
Bidayatul Hidayah karya al-Ghazali, kitab al-Adzkar karya Imam
an-Nawawi. Kemudian dilanjutkan dengan mempelajari kitab al-Minhaj karya
an-Nawawi, disertai syarh-syarahnya juga apabila memungkinkan.
Setelah itu, pelajarilah kitab Risalah
Qusyairiyah karya Syaikh Abdul Karim al-Qusyairi yang merupakan kitab
pedoman bagi pengikut jalan ahlussunnah wal jama’ah. Demikian halnya
kitab-kitab karya Habib Abdullah bin Alwi al-Haddad. Karya-karyanya
sangat bagus dan mendidik, terutama kitab an-Nashaih ad-Dinniyah.
Kemudian pelajari pula kitab al-‘Awarif karya Syaikh Umar bin Muhammad
as-Suhrawardi dan kita Ihya’ Ulumiddin karya Hujjatul Islam al-Ghazali.
Galilah ilmu-ilmu Al-Qur’an dan ilmu-ilmu
alatnya yang akan membuatmu mengerti makna-makna yang terkandung di
dalam Al-Qur’an. Dan seandainya mampu, berusahalah menghafalkan
Al-Qur’an. Karena terdapat keutamaan yang besar di dalam
menghafalkannya. Rasulullah s.a.w bersabda, “Barangsiapa menghafalkan
Al-Qur’an maka maqam nubuwah diturunkan ke dalam dirinya, hanya
saja ia takkan pernah mendapatkan wahyu.” Bahkan Nabi Musa a.s pernah
melukiskan sifat-sifat umat Nabi Muhammad s.a.w di dalam munajatnya.
“kitab-kitab suci mereka ada di dalam dada mereka, sedangkan selain
mereka membaca kitab suci melalui mushaf-mushaf.” Katanya. Imam Syafi’I
berkata, “ apabila seseorang bersedekah dengan niat diberikan kepada qurra’
(orang yang ahli membaca Al-Qur’an), maka sedekah itu diberikan kepada
orang-orang yang hafal Al-Qur’an. Dan apabila ada seseorang bersedekah
dengan niat diberikan kepada orang yang paling berakal, maka sedekah itu
diberikan kepada orang-orang yang berzuhud dari dunia.”
Diantara kitab-kitab tafsir yang sangat
penting untuk dibaca dan dipelajari adalah tafsir karya Imam al-Husein
bin Mas’ud al-Farra’ al-Baghawi. Tafsir al-Baghawi ini adalah bekal
untuk menyelami lautan makna Kalamullah. Para imam Bani Alawi sangat
menganjurkan para penuntut ilmu agar membaca tafsir al-Baghawi tersebut.
Jika memungkinkan, sempatkanlah diri
mempelajari kitab-kitab adab seperti nahwu, lughot dan selainnya.
Janganlah enggan membaca dan menelaahi kitab Maqaamaatul Hariri setelah
mempelajarinya dan mendapatkan penjelasan dari seorang guru yang
kompeten. Kitab tersebut menjadi referensi para salaf. Syaikh Ahmad bin
‘Ujail berkata, “Maqamatul Hariri adalah sepiring manisan. Kami telah
mengambil manfaat yang sangat besar darinya.”
Bacalah pula karya al-Hariri yang lain, kitab al-Malhah. Sebagian ulama meyakini bahwa al-Hariri menyimpan sir-nya
dalam kitab tersebut. Kitab ini disyarahi oleh Syaikh Abubakar bin Ali
al-Qurasyi. Dan kitab mughni al-labib, karya Syaikh Jamaluddin Abdullah
bin Yusuf bin Hisyam al-Anshori. Kitab mughni al-labib ini adalah kitab
yang mengandung ilmu pengetahuan yang luas.
Dalam bidang sirah, bacalah kitab al-Iktifa’ karya al-Kula’i dan sirah karya Ibnu Sayid an-Nas.
Dalam bidang tarikh, bacalah kitab
Mir’atul Janan wa ‘Ibratal Yaqdhan, karya Imam Abu Muhammad Abdullah bin
As’ad bin Ali al-Yafi’i. dan kitab al-Khamis karya Imam Abul Hasan
al-Bakrie dan kitab Thabaqat al-khawwas karya as-Syarji.
Dalam bidang hadits, bacalah kitab Shahih
Bukhori dan Muslim, Sunan Abu Dawud, Turmudzi, an-Nasai, Ibnu Majah,
al-Jami’ as-Shaghir karya Imam as-Suyuti dan kitab Taisiirul Wusul
karya ad-Diba’i al-Yamani.
Untuk mengetahui hak-haknya Nabi Saw,
bacalah kitab as-Syifa’ karya al-Qhadi ‘Iyadh. Sedangkan untuk
mengetahui hak-hak keluarga Nabi Saw, bacalah kitab al-Iqdun Nabawi
karya Habib Syaikh bin Abdullah al-‘Aydrus, kitab al-Jawharus Saffaf
karya Syaikh al-Khatib, kitab al-Masra’ur Rawi karya sayid Muhammad bin
Abubakar as-Syilli, dan kitab al-‘Ainiyah karya Habib Ahmad bin Zein
al-Habsyi.
Selain kitab-kitab yang telah disebutkan,
bacalah juga kumpulan-kumpulan kasidah yang dilazimi oleh para salaf.
Diantaranya kasidah al-Hamaziyah dan Burdah karya Imam al-Bushiri
beserta syarahnya yang ditulis oleh Syaikh Ibnu Hajar dan Imam
al-Mahalli. Dan tatkala kalian mendapatkan permasalahan atau hujan yang
tak kunjung diturunkan, bacalah kasidah al-Munfarijah karya Imam
al-Bushiri. Maka dengan seizin Allah, segala permasalahan kalian akan
mendapatkan jalan keluar dan hujan akan diturunkan.
Janganlah kalian menuntut ilmu kepada
sembarangan orang. Akan tetapi carilah seorang guru (syaikh) yang
memenuhi tujuh kriteria. Pertama, ilmu pengetahuannya luas. Kedua,
sikapnya arif dan rendah hati. Ketiga, memiliki pemahaman yang dalam.
Keempat, akhlak dan nasabnya mulia. Kelima, memiliki mata hati yang
tajam. Keenam, berhati baik dan riwayat hidupnya baik. Ketujuh, memiliki
mata rantai keilmuwan yang bersambung kepada rasulullah s.a.w. dan
apabila ada seorang sayid (cucu nabi Saw) memenuhi tujuh kriteria
tersebut , maka ia adalah seorang guru yang sempurna. Rasulullah s.a.w
bersabda, “Ulama dari golongan Quraiys, ilmunya memenuhi seluruh penjuru
bumi.”
Jika kalian mendapatkan seorang guru yang
memenuhi kriteria di atas, maka serahkanlah diri kalian kepadanya,
sandarkan semua urusan-urusanmu yang penting pada keputusannya,
bersikaplah tawadhu kepadanya, jadikanlah ia sebagai perantara kalian
untuk sampai kepada Allah, ambillah ijazah riwayat ilmu secara
menyeluruh darinya, dapatkanlah ilbas khirqah dan talqin kalimat la ilaaha illallah
darinya, ketahui dan penuhilah hak-haknya seperti yang tersebut dalam
kitab Ihya’ ulumiddin karya Imam al-Ghozali dan kitab at-Tibyan karya
Imam an-Nawawi.
Dan sudah sepantasnya apabila kalian
menghormati guru kalian melebihi ulama-ulama yang lain. Dan janganlah
sesekali menentang keputusan gurumu dalam setiap persoalan baik yang
dhahir maupun yang bathin, agar kalian sampai ke tujuan. Abdullah bin
Abbas berkata, “Aku menghinakan diri sewaktu menuntut ilmu, dan diriku
menjadi mulia setelah meraihnya.” Bahkan ia tak malu mencium telapak
kaki gurunya, Zaid bin Tsabit al-Khazraji.
Diceritakan pula bahwa kedua putera
kesayangan Harun ar-Rasyid, al-Amin dan al-Makmun saling berebutan
memasangkan sandal guru mereka, al-Kasa’i. sampai-sampai al-Kasa’i
menengahi mereka dengan memberikan jalan keluar, yaitu masing-masing
memasangkan satu sandal.
Dan janganlah lupa, apabila kalian telah
mendapatkan ilmu, maka amalkanlah semampu kalian, disertai selalu
memohon pertolongan kepada Allah Swt. “
Post a Comment